Judul di atas penulis ambil dari judul teks misa tanggal 11-12 Februari 2012 di Gereja Hati Santa Perawan MariaTak Bercela Kumetiran Yogyakarta dimana penulis mengikuti Misa ekaristi mingguan pada hariMinggu tersebut. Pada misa hari Minggu tersebut :
Bacaan I diambil dari kitab Imamat 13:1-2.44-46 yang berisi tentang orang sakit kusta yang terasing.
Bacaan II diambil dari surat pertama rasul Paulus kepada jemaat di Korintus 1 Korintus 10:31-11:1 yang berisi tentang ajakan Santo Paulus untuk melakukan segala sesuatu bukan untuk kepentingan diri sendiri tetapi untuk kemuliaan Allah dan juga untuk semua orang.
Bacaan Injil diambil dari Markus 1:40-45 yang berisi tentang Yesus yang mentahirkan orang kusta lalu memperingatkan orang tersebut untuk tidak memberitahukannya kepada siapa pun tetapi justru orang tersebut memberitakan peristiwa tersebut dan menyebarkannya kemana-mana.
Pada misa tersebut romo memberikan homili dalam bentuk interaktif yaitu umat yang mengikuti misa mengajukan beberapa pertanyaan pada romo mengenai masalah penderitaan dalam kehidupan sehari-hari. Ada 3 pertanyaan yang diajukan umat yaitu :
Bacaan II diambil dari surat pertama rasul Paulus kepada jemaat di Korintus 1 Korintus 10:31-11:1 yang berisi tentang ajakan Santo Paulus untuk melakukan segala sesuatu bukan untuk kepentingan diri sendiri tetapi untuk kemuliaan Allah dan juga untuk semua orang.
Bacaan Injil diambil dari Markus 1:40-45 yang berisi tentang Yesus yang mentahirkan orang kusta lalu memperingatkan orang tersebut untuk tidak memberitahukannya kepada siapa pun tetapi justru orang tersebut memberitakan peristiwa tersebut dan menyebarkannya kemana-mana.
Pada misa tersebut romo memberikan homili dalam bentuk interaktif yaitu umat yang mengikuti misa mengajukan beberapa pertanyaan pada romo mengenai masalah penderitaan dalam kehidupan sehari-hari. Ada 3 pertanyaan yang diajukan umat yaitu :
1.Pertanyaan dari Ibu S yang menanyakan masalah pribadinya yang berkaitan dengan hubungan perkawinannya. Ibu S merasa seringkali melakukan sesuatu yang salah walaupun beliau merasa mengetahui kebenaran yang seharusnya dilakukan. Beliau tidak ingin terus-terusan melakukan sesuatu yang salah tersebut tetapi selalu tidak bisa.
Jawaban : Ada 2 kemungkinan yang bisa terjadi, pertama kebenaran yang seharusnya dilakukan itu hanyalah kebenaran yang ibu S inginkan bukannya kebenaran yang Tuhan kehendaki, sedangkan yang kedua kebenaran tersebut memanglah suatu kebenaran akan tetapi Ibu S merasa ragu untuk bisa melakukannya. Kedua kemungkinan tersebut membuat pikiran dan tindakan yang dilakukan oleh ibu S menjadi tidak sinkron karena ada keraguan dalam diri beliau.
Solusi : Buanglah keraguan dalam diri Anda, caranya adalah jangan terlalu lama berpikir tapi segera bertindak sesuai dengan kebenaran yang ibu S yakini, lalu lihat bagaimana hasilnya. Kalau hasilnya membuat Ibu S tenang berarti kebenaran tersebut memanglah suatu kebenaran yang sesuai dengan kehendak Tuhan,lanjutkan terus. Akan tetapi kalau kebenaran itu justru membuat ibu S semakin gelisah berarti kebenaran tersebut hanyalah kebenaran yang diinginkan oleh ibu S bukannya kebenaran yang dikehendaki Tuhan.
2.Pertanyaan dari Ibu A yang menanyakan bagaimana jika suatu pernikahan tidak direstui orang tua. sepertinya hal ini sedang dialami oleh ibu A dimana anaknya yang masi sekolah ingin segera menikah dengan orang lain yang masi pengagguran jadi ya otomatis ibu A tidak menyetujuinya demi kebaikan anaknya.
Jawaban : Pernikahan yang tidak direstui oleh orang tua menjadi sebuah kutukan bagi pasangan tersebut. tetapi perlu diingat bahwa,kutukan itu tidak selalu menghancurkan hubungan pasangan tersebut karena jika orang tua mengutuk,belum tentu Tuhan juga mengutuk tergantung bagaimana pasangan tersebut dalam menyikapi kutukan tersebut. Orang cenderung tidak dapat menerima kata-kata larangan seperti tidak,jangan,dll. semakin dilarang,seseorang justru akan semakin penasaran dan nekat.
Solusi : Sebaiknya ibu A tidak melarang tetapi tidak juga mendukung. Yang perlu ibu A lakukan adalah mencoba untuk memberikan konsekuensi logis kepada orang yang ingin menikahi anak anda. Seperti misalnya dengan mengajukan syarat, orang tersebut boleh menikahi anak anda jika dia sudah bisa punya pekerjaan dan penghasilan tetap sehingga dapat menghidupi anak anda. tetapi perlu diingat,konsekuensi atau syarat yang ibu A ajukan harus logis sehingga kalau orang tersebut memang benar-benar mencintai anak anda pasti orang tersebut akan terpacu untuk bisa memenuhi syarat yang anda ajukan. Jangan memberikan syarat yang tidak logis,seperti misalnya orang tersebut boleh menikahi anak anda jika mampu membelikan 5 buah mobil mewah dan 5 buah rumah mewah,kalau syarat ini yang anda ajukan bisa-bisa anak anda malah memusuhi anda sendiri.
3.Pertanyaan dari ibu M yang menanyakan bagaimana bersabar menghadapi orang yang sering menyakitinya, walaupun beliau sudah sering mendoakannya tetapi orang yang didoakan tersebut masih tetap belum bisa berubah.
Jawaban : Cara bersabar yang baik adalah dengan ketulusan hati,selalu rangkul dan doakan orang tersebut dengan tulus. Anggap hal-hal menyakitkan yg orang tersebut lakukan sebagai bencana alam sehingga anda tidak perlu protes dan terpancing emosi untuk marah.
Solusi : Jangan berpikir tentang hasil karena hasil hanya akan membebani pikiran anda tetapi nikmatilah prosesnya. biasanya orang yang dapat menikmati proses akan mendapat hasil yang terbaik, setidaknya jika memperoleh hasil yang kurang memuaskan kita bisa mengetahui dimana letak kesalahan yang harus diperbaiki.
Akhir kata, semoga tulisan ini bisa berguna bagi kita semua. Amin.
No comments:
Post a Comment